Salah satu sifat yang harus dimiliki oleh seorang muslim
adalah takut kepada Allah. Sifat ini akan menjaga pemiliknya untuk tidak berbuat
maksiat kepada-Nya.
Menelusuri kehidupan untuk mencari kebahagiaan yang
hakiki sungguh sangat sulit. Kita harus melalui pertarungan-pertarungan yang
sengit, jalan-jalan yang terjal dan berjurang penuh dengan duri. Jika salah
melangkah hanya akan didapati dua kemungkinan dan tidak ada kemungkinan yang
ketiga. Pertama, akan menjadi orang yang terselamatkan sehingga selamat (dunia
akhirat) dan kedua, menjadi orang yang binasa dan celaka.
Masih
beruntung jika terselamatkan sehingga bisa kembali berjuang dengan menerjang
badai yang ganas dan dahsyat tersebut. Namun sungguh malang jika setelah
terselamatkan tidak bisa berjuang, dan tidak bisa bangkit menyelamatkan diri.
Lawan bertarung adalah sangat kuat. Itulah Iblis dan tentara-tentaranya dari
kalangan jin dan manusia serta lawan yang ada pada diri kita yang disebut nafsu.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya nafsu itu selalu
memerintahkan kepada yang jelek.” (Yusuf: 53)
Adapun jalan-jalan yang terjal
dan berjurang serta penuh dengan duri itu adalah segala yang diharamkan Allah
yang menghiasi kehidupan ini.
Di sinilah letak pentingnya rasa takut
yang harus menghiasi perjuangan kita. Yang akan membentengi diri kita dari
terjatuh ke lubang yang penuh dengan duri dan mengokohkan kita agar tidak
terseret hawa nafsu yang dikendarai oleh Iblis dan tentara-tentaranya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: “Amalan hati seperti
tawakkal, takut, berharap, dan sejenisnya serta sabar adalah wajib menurut
kesepakatan para ulama.” (Al-Ikhtiyarat, hal. 85)
Kedudukan Takut dalam
Agama
Takut merupakan bentuk ibadah hati yang memiliki kedudukan agung
dan mulia di dalam agama bahkan mencakup seluruh jenis ibadah. Takut adalah
salah satu dari rukun ibadah dan merupakan syarat iman. Ibnul Qayyim
rahimahullah dalam kitab beliau Ighatsatul Lahfan (1/30) berkata: “Termasuk dari
tipu daya musuh Allah adalah menakut-nakuti orang beriman dari bala tentara dan
wali-wali mereka (wali setan) agar orang-orang beriman tidak memerangi mereka,
menyeru mereka (orang-orang yang beriman) kepada kemungkaran dan mencegah mereka
dari kebajikan. Allah subhanahu wa ta’ala memberitahukan kepada kita bahwa yang
demikian ini adalah tipu daya setan dan merupakan ketakutan yang mereka
tanamkan. Allah subhanahu wa ta’ala telah melarang kita untuk takut kepada setan
tersebut, sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala:
“Sesungguhnya mereka
itu tidak lain adalah setan dengan kawan-kawannya yang menakut-nakuti kamu,
karena itu janganlah kamu takut kepada mereka tetapi takutlah kepada-Ku jika
kamu benar-benar beriman.” (Ali Imran: 175)
Tatkala iman seorang hamba
kuat, maka akan hilang rasa takut terhadap wali-wali setan. Dan tatkala melemah
imannya akan menjadi kuat ketakutan tersebut. Maka ayat ini (Ali Imran: 175)
menunjukkan bahwa keikhlasan untuk memiliki rasa takut kepada Allah termasuk
syarat iman.”
Takut adalah Ibadah
Disamping memiliki kedudukan yang
sangat tinggi di dalam agama, ‘takut’ juga merupakan salah satu dari
perintah-perintah Allah subhanahu wa ta’ala sebagaimana di dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya mereka itu tidak lain adalah setan dengan kawan-kawannya yang
menakut-nakuti (kamu), karena itu janganlah kalian takut kepada mereka tetapi
takutlah kepada-Ku jika kalian benar-benar orang yang beriman.” (Ali Imran: 175)
“Maka janganlah kalian takut kepada manusia dan takutlah kalian
kepada-Ku.” (Al-Maidah: 44).
Dari kedua ayat di atas dan ayat-ayat yang
lain maka sungguh sangat jelas bahwa takut itu termasuk dari ibadah, bahkan
ibadah yang paling mulia. Dan Allah tidak akan memerintahkan melainkan untuk
suatu kemuliaan.
Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah dalam
kitab beliau Al-Ushuluts Tsalatsah mengatakan: “Macam-macam ibadah yang telah
diperintahkan oleh Allah seperti Islam, Iman, dan Ihsan, dan juga termasuk
berdoa, takut, berharap, tawakkal, cinta, rahbah (salah satu jenis takut),
khasyah (juga salah satu jenis takut), khusyu’, bertaubat, meminta pertolongan,
meminta perlindungan, menyembelih, bernadzar, dan selainnya dari jenis-jenis
ibadah yang telah diperintahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala, semuanya milik
Allah semata berdasarkan firman-Nya:
“Dan bahwasanya masjid-masjid ini
adalah milik Allah maka janganlah kamu berdoa kepada selain-Nya disamping berdoa
kepada Allah.” (Al-Jin: 18)
Barangsiapa berpaling sedikit saja kepada selain
Allah subhanahu wa ta’ala maka dia seorang musyrik dan kafir.
Asy-Syaikh
Abdurrahman bin Hasan bin Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah dalam kitab
beliau Fathul Majid mengatakan: “Takut berkedudukan tinggi dan mulia di dalam
agama dan termasuk jenis ibadah yang banyak cakupannya yang wajib hanya
diberikan kepada Allah subhanahu wa ta’ala.”
Dalil Takut adalah Ibadah
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Mereka (malaikat) takut
kepada Rabb mereka dan melakukan apa yang diperintahkan kepada mereka.”
(An-Nahl: 50)
“Orang-orang yang menyampaikan risalah Allah mereka takut
kepada-Nya dan mereka tidak merasa takut kepada seorang pun selain kepada Allah.
Dan cukuplah Allah sebagai pembuat perhitungan.” (Al-Ahzab: 39).
“Maka
janganlah kalian takut kepada mereka dan takutlah kalian kepada-Ku.”
(Al-Baqarah: 150).
Masih banyak lagi ayat-ayat lain yang menjelaskan
tentang takut. Adapun dari Sunnah Rasulullah, beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Tujuh golongan orang yang akan mendapatkan perlindungan pada
hari yang tidak ada perlindungan kecuali perlindungan dari Allah, di antaranya
seorang hamba yang “diajak” oleh seorang wanita yang memiliki kedudukan dan
kecantikan, dan dia mengatakan: ‘Aku takut kepada Allah’.” (Shahih, HR.
Al-Bukhari no.629 dan Muslim no. 1031 dari hadits Abu Hurairah) Syaddad bin Aus
radiallahuanhu berkata: telah berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bahwa Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Demi kemuliaan dan keagunganku,
aku tidak akan menghimpun pada diri hamba-hamba-Ku dua rasa aman dan dua rasa
takut. Jika dia merasa aman dari-Ku di dunia, maka Aku akan beri rasa takut pada
hari Aku menghimpun hamba-hamba-Ku. Dan jika dia takut kepada-Ku di dunia maka
Aku akan berikan rasa aman pada hari Aku menghimpun hamba-hamba-Ku.” (HR. Abu
Nu’aim dan dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani di dalam Ash-Shahihah no. 742)
Macam-macam Takut
Para ulama telah membagi jenis takut menjadi
beberapa bagian, di antara mereka ada yang membagi lima, empat, dan ada yang
membagi menjadi tiga, yaitu:
Pertama, takut ibadah.
Yaitu takut yang
diiringi dengan penghinaan diri, pengagungan, dan ketundukan diri kepada Allah
subhanahu wa ta’ala.
Kedua, takut syirik.
Takut syirik yaitu
memberikan takut ibadah kepada selain Allah. Barang siapa yang memberikannya
kepada selain Allah maka dia telah melakukan kesyirikan yang besar, seperti
takut kepada orang mati, takut kepada dukun-dukun, takut kepada wali-wali yang
dianggap bisa memberikan manfaat dan mudharat, dsb.
Perbuatan ini akan
mengekalkan pelakunya di dalam neraka, mengeluarkannya dari Islam, dan
menghalalkan darah dan hartanya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Janganlah kalian takut kepada manusia dan takutlah kalian kepada-Ku.”
(Al-Maidah: 44)
Ketiga, takut tabiat. Yaitu takut kepada hal-hal yang
bisa membahayakan jiwa seseorang, seperti takut kepada musuh, binatang buas,
api, dan sebagainya. Takut jenis ini dibolehkan selama tidak melampaui batas.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman menceritakan kisah Nabi Musa
alaihisallam:
“Dia keluar dari negerinya dalam keadaan takut yang
sangat.” (Al-Qashash: 21)
Pertanyaannya, bagaimana hukumnya takut kepada
selain Allah? Jawabannya harus dirinci. Bila takut kepada selain Allah
menyebabkan sampai menghinakan diri di hadapannya maka termasuk syirik. Jika
ketakutannya itu menyebabkan ia melakukan yang diharamkan dan meninggalkan
kewajiban maka takut ini termasuk maksiat dan berdosa. Jika takutnya adalah
takut tabiat seperti takut kepada air deras yang bisa menghanyutkan dirinya,
hartanya, atau anaknya, maka takut yang demikian itu adalah boleh.
Wallahu a’lam.
0 komentar:
Posting Komentar